Konsep Budaya Sebagai Sistem Nilai
MAKALAH
Konsep Budaya Sebagai Sistem Nilai
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem
Sosial Budaya Indonesia
Dosen : Dr. S. Agus Susanto,M. AP
DISUSUN OLEH :
DIAN INDRIANI 1148010085
ERIKA
SAFITRI 1148010106
FAISAL
HARI SALAM 1148010111
FATHUL MAJID 1148010117
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014/2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................
i
BAB I.................................................................................................................................
1
PENDAHULUAN............................................................................................................
1
1. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN................................................................................................................ 3
Konsep Nilai Budaya........................................................................................................... 3
Sistem Nilai.......................................................................................................................... 4
Orientasi Nilai Budaya........................................................................................................ 5
BAB III............................................................................................................................. 10
PENUTUP........................................................................................................................ 10
Kesimpulan ....................................................................................................................... 10
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Secara
sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dasar dan pengcitraan umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk
mengkaji masalah-masalah dan kebudayaan.
Istilah
IBD dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti istilah Basic Humanities.
Adapun istilah Humanities itu sendiri berasal dari bahasa Latin Humanus yang
bisa diartikan manusiawi, berbudaya dan halus (fefined). Dengan mempelajari The
Humanities diandaikan seseorang akan menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya
dan lebih halus. Secara demikian bisa dikatakan bahwa The Humanities berkaitan
dengan masalah nilai-nilai, yaitu nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau
manusia berbudaya. Agar manusia bisa menjadi humanus, mereka harus mempelajari
ilmu yaitu The Humanities disamping tidak meninggalkan tanggung jawabnya yang
lain sebagai manusia itu sendiri. Kendatipun demikian, Ilmu Budaya Dasar (atau
Basic Humanities) sebagai satu matakuliah tidaklah identik dengan The
Humanities (yangdisalin dalam bahasa Indonesia menjadi: Pengetahuan Budaya).
Pengetahuan
Budaya (The Humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian
cabang ilmu (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian ini pun dapat dibagi-bagi
lagi ke dalam berbagai bidang keahlian lain, seperti: seni sastra, seni tari,
seni music, seni rupa, dan lain-lain. Sedang Ilmu Budaya Dasar (Basic
Humanities) sebagaimana dikemukakan diatas, adalah usaha yang diharapkan dapat
memberikan pengetahuan dasar tentang pengertian umm tentang konsep-konsep yang
dikembangkan untuk mengkajimasalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Masalah-masalah ini dapat memberikan pengetahuan budaya (The Humanities), baik
seara gabungan berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya ataupun dengan
menggunakan masing-masing keahlian di dalam pengetahuan budaya (The
Humanities). Dengan perkataan lain, Ilmu Budaya Dasar menggunakan
pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya
untuk mengembangkan wawasan pemikiran dan kepekaan dalam mengkaji
masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Salah
satu dasar yang harus dikuasai mahasiswa sebelum mambahas dan juga mempelajari
materi tentang IBD maka harus ada materi yang dikuasai dan juga dipahami dengan
baik. Salah satu materi tersebut adalah nilai budaya, penting diketahui karena
dengan memahami nilai budaya ini maka kita akan dapat mengerti hakikat
kebudayaan dan juga budaya manusia sehingga tetapdapat hidup dan membuat suatu
kebudayaan baru.
1.2.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan nilai budaya ?
2. Apa
itu system nilai budaya ?
3. Apa
itu nilai orientasi nilai budaya ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Nilai Budaya
Theodorson
dalam pelly 1994 mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang
menjadikan pedoman serta prinsip-prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah
laku. Keterkaitan orang atau kelompok terhadap nilai menurut Theodorson
relative sangat kuat bahakan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat
dilihat sebagai tujuan kehidupan itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud nilai
budaya itu sendiri sudah dirumuskan oleh beberapa ahli seperti :
·
Koenjadiningrat
Menurut
Koenjadiningrat (1987:85) lain adalah nilai budaya terdiri dari
konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat
mengenai hal-hal yang mereka anggap amat mulya. System nilai yang ada dalam
suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena
itu, nilai budaya yang dimiliki
seseorang mampengaruhinya dalam menentukan alternative, cara-cara, alat-alat,
dan tujuan-tujuan yang tersedia.
·
ClydeKluckhohn dalam Pelly
ClydeKluckhohn
dalam Pelly (1994) mendefinisikan nilai budaya sebagai konsepsi umum yang
terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan alam,
kedudukan manusia dengan alam, hubungan orang dengan orang dan tentang hal-hal
yang diingini dan tidak diingini yang mungkin bertalian dengan hubungan orang
dengan lingkungan orang sesama manusia.
·
Sumaatmadja dalam Marpaung
Sementara
itu Sumaatmadja dalam Marpaung (2000) mengatakan bahwa pada perkembangan,
pengembangan, penerapan budaya dalam penerapan, berkembang pula nilai-nilai
yang melekat di masyarakat yang mengatur keserasian, keselarasan, serta
keseimbangan. Nilai tersebut di konsepsikan sebagai nilai budaya.
Selanjutnya,
bertitik tolak dengan pendapat diatas, maka setiap individu dalam melaksanakan
aktifitas sosialnya selalu berdasarkan serta berpedoman pada nilai-nilai atau
system nilai yang ada dan hidup dalam masyarakat itu sendiri. Artinya
nilai-nilai itu sangat banyak mempengaruhi tindakan dan perilaku manusia, baik
secara individual, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik
buruk, benar salah, patut atau tidak patut.
Suatu
nilai apabila sudah membudaya didalam diri seseorang maka nilai itu akan
dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk didalam bertingkah laku. Hal ini dapat
dilihat dalam kehidupan sehari-hari misalnya budaya gotong royong, budaya
malas, dan lain-lain. Jadi, secara universal, nilai itu merupakan pendorong
bagi seseorang dalam mencapai tujuan tertentu.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi umum yang
dijadikan pedoman dan petunjuk di dalam bertingkah laku baik dalam secara
individual, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk,
salah atau tidah salah, patut atau tidak patut.
2.2. Sistem Nilai
Tylor
dalam Imran Manan (1989:19) mengemukakan moral termasuk bagian dari kebudayaan,
yaitu standar tentang baik dan buruk, benar dan salah, yang kesemuanya dalam
konsep yang lebih besar termasuk kedalam nilai. Hal ini dilihat dari aspek
penyampaian pendidikan yang dikatakan bahwa pendidikan mencangkup penyampaian
pengetahuan,keterampilan, dan nilai-nilai.
Kedudukan
nilai dalam setiap kebudayaan sangatlah penting maka pemahaman tentang system
nilai budaya dan orientasi nilai budaya sangat penting dalam konteks pemahaman
perilaku suatu masyarakat dan system pendidikan yang digunakan untuk
menyampaikan system perilaku dan produk
budaya yang dijiwai oleh system nilai masyarakat yang bersangkutan.
Clyde
Kluckhohn mendefinisikan nilai sebagai sebuah konsepsi, eksplisit atau
inplisit, menjadi cirri khusus seorang atau sekelompok orang, mengenai hal-hal
yang diinginkan yang mempengaruhi pemilihan dari berbagai cara-cara, alat-alat,
tujuan-tujuan perbuatan yang umum yang terorganisasi, yang terpengaruhi
perilaku yang berhubungan dengan alam, kedudukan manusia dalam alam, hubungan
orang dengan orang dan tentang hal-hal yang diingini dan tidak yang mungkin
bertalian dengan hubungan antar orang dengan lingkungan dan sesama manusia.
System
nilai budaya ini merupakan rangkaian dari konsep-konsep abstrak yang hidup
dalam masyarakat, mengenai apa yang dianggap penting dan berharga, tetapi juga
mengenai apa yang dianggap remeh dan tidak berharga dalam hidup. System nilai
budaya ini menjadi pedoman dan pendorong perilaku manusia dalam hidup yang
memanifestasi kongkritnya terlihat dalam tata kelakuan. Dari system nilai
budaya termasuk norma dan sikap yang dalam bentuk abstrak tercermin dalam cara
berfikir dan dalam bentuk konkrit terlihat dalam bentuk pola perilaku
anggota-anggota suatu masyarakat.
Kluckhohn
mengemukakan kerangka teori nilai-nilai yang mencangkup pilihan nilai yang
dominan yang mungkin dipakai oleh anggota-anggota suatu masyarakat dalam
mencerahkan 6 masalah pokok kehidupan.
2.3 Orientasi Nilai Budaya
Kluckhohn
dalam pelly (1994) mengemukakan bahwa niali budaya merupakan sebuah konsep
berluang lingkup luas yang hidup dalam alam fikiran sebagian besar warga suatu
masyarakat, mengenai itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah
system nilai-nilai budaya.
Secara
fungsional system nilai ini mendorong individu untuk berperilaku seperti apa
yang ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya dengan berprilaku seperti itu
mereka akan berhasil (kahl, dalam pelly,1994). System nilai itu menjadi pedoman
yang melekat serta erat emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang,
malah merupakan tujuan hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah
system nilai manusia tidaklah mudah dibutuhkan waktu. Sebab nilai-nilai
tersebut merupakan wujud ideal dari lingkungan sosialnya. Dapat pula dikatakan
bahwa sisi\tem nilai budaya suatu masyarakat merupakan wujud konsepsional dari
kebudayaan mereka, yang seolah-olah berada diluar dan diatas para individu
warga masyarakat itu.
Ada
lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat
ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam pelly (1994) kelima masalah
pokok tersebut adalah :
1. Masalah
hakikat hidup
2. Hakikat
kerja atau karya manusia
3. Hakikat
kedudukan manusia dalam ruang dan waktu
4. Hakikat
hubungan manusia dengan alam sekitar, dan
5. Hakikat
dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.
Berbagai
kebudayaan menkosepsikan masalah universal ini dengan berbagai variasi yang
berbeda-beda. Seperti masalah pertama yaitu mengenai hakikat hidup manusia.
Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama budaya misalnya, menganggap
hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu pola kehidupan masyarakatnya
berusaha memadamkan hidup itu guna mendapatkan nirwana, dan mengenyampingkan
segala tindakan yang dapat segala tindakan yang dapat menambah rangkaian hidup
kembali (samsara) (Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan seperti inisangat
mempengaruhi wawasan dan makna kehidupan itu secara keseluruhan. Sebaiknya
banyak kebudayaan yang berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu konsep-konsep
kebudayaan yang berbeda ini berpengaruh pula pada sikap dan wawasan mereka.
Masalah
kedua mengenai hakikat kerja atau karya dalam kehidupan. Ada kebudayaan yang
memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan hidup (survive)
semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan tetapi ada juga
yang menganggap kerja untuk mendapatkan status, jabatan, bahwa kerja untuk
mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi kepada prestasi bukan kepada
status.
Masalah
ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada budaya yang memandang
penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus usaha
dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jenuh melihat masa depan. Pandangan yang
berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup
masyarakatnya.
Masalah
keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia terhadap alam. Ada yang
percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya ada
yang menganggap alam sebgai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai
manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan yang ingin mencari harmoni dan
keselarasan dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap pola
aktivitas masyarakatnya.
Masalah
kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam banyak kebudayaan hubungan ini
tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah, mengambil keputusan
dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan hubungan horizontal (koloteral) antar
individu, cenderung untuk mementingkan hak asasi, kemerdekaan dan kemandirian
seperti terlihat dalam masyarakat-masyarakat eligaterian. Sebaliknya kebudayaan
yang menekankan hubungan vertical cenderung untuk mengembangkan orientasi
keatas (kepada senioritas, penguasa atau pimpinan). Orientasi ini banyak
terdapat dalam masyarakat pathernalistic (kebapaan). Tentu saja pandang sangat
mempengaruhi proses dinamika dan mobilitas social masyarakatnya.
Inti
permasalahan disini seperti yang dikemukakan oleh Manan dalam Pelly (1994)
adalah siapa yang harus mengambil keputusan. Sebaiknya dalam system hubungan
vertical keputusan dibuat oleh atasan (senior) untuk semua orang. Tetapi dalam
masyarakat yang mementingkan kemandirian individual maka keputusan dibuat dan
diarahkan kepada masing-masing individu.
Pola
orientasi nilai budaya yang hitam putih tersebut diatas merupakan pola yang
ideal untuk masing-masing pihak. Dalam kenyataannya terdapat nuansa atau
variasi antara kedua pola yang ekstrim itu yang dapat disebut sebagai pola
transisional. Kerangka Kluckhohn mengenai lima masalah dasar dalam hidup yang
menentukan orientasi nilai budaya manusia dapat dinilai pada tabel 1.
Tabel 1. Skema
kluckhohn : lima masalah dasar yang menentukan orientasi
Nilai budaya manusia
Masalah Dasar
|
|
Orientasi Nilai Budaya
|
|
Dalam Hidup
|
Konservatif
|
Transisi
|
Progresif
|
Hakikat Hidup
|
Hidup itu buruk
|
Hidup itu baik
|
Hidup itu sukar tetapi harus
diperjuangkan
|
Hakikat kerja atau karya
|
Kelangsungan hidup
|
Kedudukan dan kehormatan atau prestise
|
Mempertinggi prestise
|
Hubungan manusia dengan waktu
|
Orientasi ke masalalu
|
Orientasi ke masa kini
|
Orientasi ke masa depan
|
Hubungan manusia dengan alam
|
Tunduk kepada alam
|
Selaras dengan alam
|
Menguasai alam
|
Hubungan manusia dengan sesamanya
|
Vertical
|
Horizontal atau Kolekial
|
Individual atau mandiris
|
*Dimodifikasi
dari Pelly (1994:104)
Meskipun
cara mengkonsepsikan lima maslah pokok dalam kehidupan manusia yang universal
itu sebagai mana yang tersebut diatas berbeda-beda untuk tiap masyarakat dan
kebudayaan, namun dalam tiap lingkungan masyarakat dan kebudayaan tersebut lima
hal tersebut diatas selalu ada sementara itu Koentradiningrat telah menerapkan
kerangka-kerangka Klukhohn diatas untuk menganalisis nilai budaya bangsa
Indonesia, dan menunjukan kelemahan dari budaya Indonesia yang menghambat
pembangunan nasional. Kelemahan utama antara lain mentalitas meremehkan mutu,
mentalitas suka menerabas, sifat tidak percaya pada diri sendiri, sifat tidak
berdisiplin murni, mentalitas suka mengabaikan tanggung jawab.
Kerangka
Klukhohn itu juga telah dipergunakandalam penelitian dengan kuesioner untuk
mengetahui secara subjektif cara berfikir dan bertindak suku-suku diIndonesia
umumnya yang menguntungkan dan merugikan pembangunan. Seain itu juga,
penelitian variasi orientasi nilai budaya tersebut dimaksudkan disamping untuk
mendapatkan gambaran system nilai budaya kelompok-kelompok etnik d Indonesia,
tetapi juga untuk menelusuri sejauh mana kelompok masyarakat itu memiliki system
orientasi nilai budaya yang sesuai dan
menopang pelaksanaan pembangunan nasional
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nilai
budaya adalah suatu bentuk konsepsi umum yang dijadikan pedoman dan petunjuk
didalam bertingkah laku baik secara individual, kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut.
System
nilai budaya ini merupakan rangkaian dari konsep-konsep abstrak yang hidup
dalam masyarakat, mengenai apa yang dianggap penting dan beharga, tetapi juga
menjadi pendoman dan pendorong perilaku manusia dalam hidup yang memanifestasi
konkretnya terlihat dalam tata kelakuan. Dari system nilai budaya termaksud
norma dan sikap yang dalam bentuk abstrak tercermin dalam cara berfikir dan
dalam bentuk kankret terlihat dalam bentuk pola perilaku anggota-anggota suatu
masyarakat.
Orientasi
atau focus nilai budaya adalah untuk membahas dan juga menyelesaikan lima
permasalahan dalam hidup yaitu 1) masalah hakikat hidup 2)hakikat kerja atau
karya manusia 3) hakikat kedudukan manusia dalam ruang atau waktu 4)hakikat
hubungan manusia dengan alam sekitar dan 5)hakikat dari hubungan manusia dengan
manusia sesamanya.
Reply to this post
Posting Komentar